Senin, 25 April 2011 Ujian Nasional untuk jenjang SMP dimulai dan akan berakhir pada 28 April 2011. Sebagaian besar sekolah sudah menyiapkan dari jauh-jauh hari untuk menghadapi program tahunan Diknas tersebut. Berbagai macam ikhtiar dilakukan untuk mendongkrak jumlah kelulusan. Melihat dari acuan kelulusan pada tahun ini yang ditetapkan oleh Diknas ada sedikit perbedaan dari tahun-tahun yang sebelumnya. Kalau dahulu, kelulusan mutlak menjadi kewenangan Diknas, sedangkan sekarang sekolahan terkait ikut mempunyai "andil" untuk meluluskan siswanya. Hal tersebut dapat dilihat dari penentuan nilai akhir yang menjadi syarat kelulusan. Kalau dahulu nilai akhir yang menentukan kelulusan berasal dari nilai Ujian Nasional 4 mata pelajaran pokok saja (Matematika, Bhs Indonesia, Bhs Inggris dan IPA) sedangkan saat ini Nilai Sekolah (Nilai Raport dan Ujian Sekolah) ikut menentukan kelulusan bersama nilai Ujian Nasional dengan perbandingan NUN : NAS adalah 0,6 x 0,4 sehingga dari penjumlahan dua nilai tersebut baru dapat diketahui sesorang siswa lulus atau tidak.
Keputusan Diknas sebenarnya sudah cukup fair, mengingat keputusan tersebut sudah dapat mengakomodir sebagaian peserta didik yang merasa "kurang diuntungkan" dengan adanya aturan tersebut. Dengan aturan baru tersebut, semoga kedepan tidak akan ada lagi pihak yang dirugikan dan semoga kedepan pendidikan di Indonesia semain maju.
Amin.
SMP Muhammadiyah Karanganyar Kebumen merupakan salah satu sekolah (baca: SMP) swasta di kecamatan Karanganyar kabupaten Kebumen yang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP yang beralamat di Jl. Kartini No.44 Kec. Karanganyar Kab. Kebumen ini berdiri sejak tahun 1978 dan sudah menamatkan ribuan siswanya. Dikenal sebagai sekolah berbasis keagamaan yang masih eksis saat ini untuk tingkat SMP di wilayah Karanganyar Kebumen.
Assalaamu'alaaikum Wr. Wb
Selamat Datang di blog SMP Muhammadiyah Karanganyar
Selasa, 26 April 2011
Senin, 28 Maret 2011
Menyiapkan SDM Tahan Banting
Di abad modern ini, kita banyak menjumpai ketidaksiapan SDM dalam menghadapi suatu masalah. Salah satu faktor yang menyebabkan ketidaksiapan dalam menghadapi permasalahan karena tiadanya pendidikan karakter. Kita cenderung menghindar bila kita dihadapkan kepada suatu masalah, bukan mencari jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan. Secara disengaja atau tidak kita justru sudah menjadi seorang penghianat terhadap diri kita sendiri.
Sekolah bertugas mendidik dan menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang berpengetahuan dan beraklak mulia sehingga nantinya diharapkan dapat mengimplementasikan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah untuk kemaslahatan bersama. Namun akhir-akhir ini banyak sekolah hanya menyiapkan peserta didik yang berpengetahuan saja tanpa mempertimbangkan aspek akhlaqnya. Akibatnya fatal. Banyak peserta didik yang hanya memandang suatu sekolahan dari jumlah persentase kelulusannya saja, tanpa memandang aspek moralitasnya. Akibatnya sudah dapat ditebak. Segala cara untuk mencapai predikat "LULUS" pun ditempuh. Tak peduli entah itu cara halal atau haram.
Kalau sudah begini, siapa yang akan disalahkan? Siswanya? Gurunya? Orang tuanya? atau sistem pendidikanya?
Sesungguhnya kita tidak bisa menyalahkan siapapun karena semuanya akan saling terkolerasi dan saling terhubung. Yang dapat kita lakukan hanyalah merubah paradigma masyarakat yang selama ini menganut sistem "instan" yang mengedepankan "hasil" dari pada "proses". Orang tua akan lebih senang dan bahagia apabila anaknya mendapat predikat "LULUS" walaupun predikat itu diperoleh dengan cara-cara yang kotor! Bahkan ada sebagaian orang yang dengan rela mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkan sejumlah kunci jawaban yang masih diragukan kebenarannya.
Kalau sudah seperti itu, apakah yang akan terjadi di kemudian hari? Jawabannya sudah dapat kita tebak!!! KEHANCURAN DIMANA-MANA. Hal itu sudah mulai dapat kita rasakan sekarang ini. Banyak orang pandai yang hanya menggunakan kepandaiannya untuk menipu, mengeruk kekayaan untuk diri sendiri, para pemegang amanat mengingkari amanatnya, korupsi merajalela, sogok-menyogok menjadi hal yang lumrah, bahkan sampai HUKUM-pun diseting sedemikian rupa sehingga dapat memuluskan aksi-aksi kotor mereka.
Kalau sudah begini yang terjadi, kemanakah nurani kita? Apakah kita hanya akan menjadi penonton saja manakala TSUNAMI datang menerjang saudara-saudara yang kita cintai ini? tak adakah greget untuk menolong, membimbing, dan menyelamatkan dari kehancuran moral?
Salah satu upaya yang dapat kita tempuh untuk memperbaiki moralitas dan paradigma masyarakat adalah dengan sarana edukasi. Kita akui memang tidaklah mudah untuk merubah suatu paradigma yang keliru. Tapi bukankah perubahan hanya dapat terjadi karena adanya suatu kemauan/keniatan. Oleh karena itu maka marilah kita bersama-sama dengan mengucap Basmalah kita niatkan untuk hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini dalam segala hal tanpa pengecualian.
Apabila kita sudah berniat maka pastilah kita akan semakin ringan untuk menjalani segala tugas-tugas kita walaupun yang berat sekalipun. Banyaknya ancaman, tantangan, hambatan maupun gangguan yang mengarah kepada kita, kita hadapi dan kita jinakkan. Selanjutnya kita manfaatkan segala macam penghalang yang pernah kita lewati sebagai suatu pelajaran dikemudian hari agar kita lebih bijak dalam menyikapi suatu permasalahan dikemudian hari. Ingat, bukan untuk kita hindari. Tanamkan kepada hati kita yang paling dalam bahwa menghindari masalah adalah sosok pengecut!!!
Terakhir Do'a merupakan harapan yang sedang kita bangun untuk membentengi segala yang sudah kita kerjakan dan akan kita kerjakan. Ingatlah bahwa manusia hanyalah hamba Allah yang sewaktu-waktu kita akan dipanggil menghadap-Nya. Maka basahilah bibir kita dengan dzikir dan do'a-do'a yang baik.
Sebentar lagi Ujian Nasional Tiba! Marilah kita berjuang untuk meraih kemenangan!!!
Ya Alloh, karuniakanlah kepada kami kebaikan ... Amin.
Sekolah bertugas mendidik dan menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang berpengetahuan dan beraklak mulia sehingga nantinya diharapkan dapat mengimplementasikan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah untuk kemaslahatan bersama. Namun akhir-akhir ini banyak sekolah hanya menyiapkan peserta didik yang berpengetahuan saja tanpa mempertimbangkan aspek akhlaqnya. Akibatnya fatal. Banyak peserta didik yang hanya memandang suatu sekolahan dari jumlah persentase kelulusannya saja, tanpa memandang aspek moralitasnya. Akibatnya sudah dapat ditebak. Segala cara untuk mencapai predikat "LULUS" pun ditempuh. Tak peduli entah itu cara halal atau haram.
Kalau sudah begini, siapa yang akan disalahkan? Siswanya? Gurunya? Orang tuanya? atau sistem pendidikanya?
Sesungguhnya kita tidak bisa menyalahkan siapapun karena semuanya akan saling terkolerasi dan saling terhubung. Yang dapat kita lakukan hanyalah merubah paradigma masyarakat yang selama ini menganut sistem "instan" yang mengedepankan "hasil" dari pada "proses". Orang tua akan lebih senang dan bahagia apabila anaknya mendapat predikat "LULUS" walaupun predikat itu diperoleh dengan cara-cara yang kotor! Bahkan ada sebagaian orang yang dengan rela mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkan sejumlah kunci jawaban yang masih diragukan kebenarannya.
Kalau sudah seperti itu, apakah yang akan terjadi di kemudian hari? Jawabannya sudah dapat kita tebak!!! KEHANCURAN DIMANA-MANA. Hal itu sudah mulai dapat kita rasakan sekarang ini. Banyak orang pandai yang hanya menggunakan kepandaiannya untuk menipu, mengeruk kekayaan untuk diri sendiri, para pemegang amanat mengingkari amanatnya, korupsi merajalela, sogok-menyogok menjadi hal yang lumrah, bahkan sampai HUKUM-pun diseting sedemikian rupa sehingga dapat memuluskan aksi-aksi kotor mereka.
Kalau sudah begini yang terjadi, kemanakah nurani kita? Apakah kita hanya akan menjadi penonton saja manakala TSUNAMI datang menerjang saudara-saudara yang kita cintai ini? tak adakah greget untuk menolong, membimbing, dan menyelamatkan dari kehancuran moral?
Salah satu upaya yang dapat kita tempuh untuk memperbaiki moralitas dan paradigma masyarakat adalah dengan sarana edukasi. Kita akui memang tidaklah mudah untuk merubah suatu paradigma yang keliru. Tapi bukankah perubahan hanya dapat terjadi karena adanya suatu kemauan/keniatan. Oleh karena itu maka marilah kita bersama-sama dengan mengucap Basmalah kita niatkan untuk hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini dalam segala hal tanpa pengecualian.
Apabila kita sudah berniat maka pastilah kita akan semakin ringan untuk menjalani segala tugas-tugas kita walaupun yang berat sekalipun. Banyaknya ancaman, tantangan, hambatan maupun gangguan yang mengarah kepada kita, kita hadapi dan kita jinakkan. Selanjutnya kita manfaatkan segala macam penghalang yang pernah kita lewati sebagai suatu pelajaran dikemudian hari agar kita lebih bijak dalam menyikapi suatu permasalahan dikemudian hari. Ingat, bukan untuk kita hindari. Tanamkan kepada hati kita yang paling dalam bahwa menghindari masalah adalah sosok pengecut!!!
Terakhir Do'a merupakan harapan yang sedang kita bangun untuk membentengi segala yang sudah kita kerjakan dan akan kita kerjakan. Ingatlah bahwa manusia hanyalah hamba Allah yang sewaktu-waktu kita akan dipanggil menghadap-Nya. Maka basahilah bibir kita dengan dzikir dan do'a-do'a yang baik.
Sebentar lagi Ujian Nasional Tiba! Marilah kita berjuang untuk meraih kemenangan!!!
Ya Alloh, karuniakanlah kepada kami kebaikan ... Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)