SMP Muhammadiyah Karanganyar Kebumen merupakan salah satu sekolah (baca: SMP) swasta di kecamatan Karanganyar kabupaten Kebumen yang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP yang beralamat di Jl. Kartini No.44 Kec. Karanganyar Kab. Kebumen ini berdiri sejak tahun 1978 dan sudah menamatkan ribuan siswanya. Dikenal sebagai sekolah berbasis keagamaan yang masih eksis saat ini untuk tingkat SMP di wilayah Karanganyar Kebumen.
Assalaamu'alaaikum Wr. Wb
Selamat Datang di blog SMP Muhammadiyah Karanganyar
Sabtu, 01 Juni 2013
SYUKUR ALHAMDULILLAH LULUS 100%
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas selesainya penyelenggaraan pengumuman dan pelepasan siswa/siswi kelas IX SMP Muhammadiyah Karanganyar yang sudah berjalan dengan tertib dan baik. Penyerahan pengumuman hasil belajar siswa menandai berakhirnya rangkaian acara yang dimulai pada pukul 14.00 WIB. Dari sejumlah 45 siswa/siswi kelas IX SMP Muhammadiyah Karanganyar Kebumen yang mengikuti Ujian Nasional sebanyak 45 siswa/siswi dinyatakan LULUS UN. Itu berarti dari sebanyak 45 siswa/siswi SMP Muhammadiyah Karanganyar Kebumen LULUS 100%.
Memperoleh kelulusan 100% memang merupakan sebuah cita-cita bersama dari segenap civitas akademika SMP Muhammadiyah Karanganyar Kebumen. Semoga dengan tingkat kelulusan 100% dimasa mendatang SMP Muhammadiyah Karanganyar dapat semakin meningkatkan prestasinya, baik prestasi akademik maupun prestasi non akademik. Kita semua berharap SMP Muhammadiyah Karanganyar yang kita cintai ini semakin maju dan berjaya di masa yang akan datang.
Kepada mereka yang sudah lulus kami berpesan, rajin-rajinlah belajar demi meraih hari esok yang lebih baik lagi. Ingatlah bahwa perjuangan kalian belum berakhir.....Salam Semangat.........
Selasa, 21 Mei 2013
Memahami Fenomena Kepribadian Ganda
DID atau kepribadian
ganda dapat didefinisikan sebagai kelainan mental dimana seseorang yang
mengidapnya akan menunjukkan adanya dua atau lebih kepribadian (alter) yang
masing-masing memiliki nama dan karakter yang berbeda. Mereka yang memiliki
kelainan ini sebenarnya hanya memiliki satu kepribadian, namun si penderita
akan merasa kalau ia memiliki banyak identitas yang memiliki cara berpikir,
temperamen, tata bahasa, ingatan dan interaksi terhadap lingkungan yang
berbeda-beda. Walaupun penyebabnya tidak bisa dipastikan, namun rata-rata para
psikolog sepakat kalau penyebab kelainan ini pada umumnya adalah karena trauma
masa kecil.
Untuk memahami bagaimana
banyak identitas bisa terbentuk di dalam diri seseorang, maka terlebih dahulu
kita harus memahami arti dari Dissociative (disosiasi).
Disosiasi
Pernahkah kalian mendapatkan pengalaman seperti ketika sedang bertanya mengenai sesuatu hal kepada sahabat kalian, kalian malah mendapatkan jawaban yang tidak berhubungan sama sekali.
Jika pernah, maka saya yakin, ketika mendapatkan jawaban itu, kalian akan berkata " Nggak nyambung!". Disosiasi secara sederhana dapat diartikan sebagai terputusnya hubungan antara pikiran, perasaan, tindakan dan rasa seseorang dengan kesadaran atau situasi yang sedang berlangsung.
Pernahkah kalian mendapatkan pengalaman seperti ketika sedang bertanya mengenai sesuatu hal kepada sahabat kalian, kalian malah mendapatkan jawaban yang tidak berhubungan sama sekali.
Jika pernah, maka saya yakin, ketika mendapatkan jawaban itu, kalian akan berkata " Nggak nyambung!". Disosiasi secara sederhana dapat diartikan sebagai terputusnya hubungan antara pikiran, perasaan, tindakan dan rasa seseorang dengan kesadaran atau situasi yang sedang berlangsung.
Dalam kasus DID, juga
terjadi disosiasi, namun jauh lebih rumit dibanding sekedar "nggak
nyambung".
Proses terbentuknya kepribadian ganda. Ketika kita dewasa, kita memiliki karakter dan kepribadian yang cukup kuat dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan. Namun, pada anak yang masih berusia di bawah tujuh tahun, kekuatan itu belum muncul sehingga mereka akan mencari cara lain untuk bertahan terhadap sebuah pengalaman traumatis, yaitu dengan Disosiasi. Dengan menggunakan cara ini, seorang anak dapat membuat pikiran sadarnya terlepas dari pengalaman mengerikan yang menimpanya.
Proses terbentuknya kepribadian ganda. Ketika kita dewasa, kita memiliki karakter dan kepribadian yang cukup kuat dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan. Namun, pada anak yang masih berusia di bawah tujuh tahun, kekuatan itu belum muncul sehingga mereka akan mencari cara lain untuk bertahan terhadap sebuah pengalaman traumatis, yaitu dengan Disosiasi. Dengan menggunakan cara ini, seorang anak dapat membuat pikiran sadarnya terlepas dari pengalaman mengerikan yang menimpanya.
Menurut Colin Ross yang
menulis buku The Osiris Complex (1995), proses disosiasi pada anak yang
mengarah kepada kelainan DID terdiri dari dua proses psikologis. Kita akan
mengambil contoh pelecehan seksual yang dialami oleh seorang anak perempuan. Proses
Pertama : anak perempuan yang berulang-ulang mengalami penganiayaan seksual
akan berusaha menyangkal pengalaman ini di dalam pikirannya supaya bisa
terbebas dari rasa sakit yang luar biasa. Ia bisa mengalami "out of body experience" yang
membuat ia "terlepas" dari tubuhnya dan dari pengalaman traumatis
yang sedang berlangsung. Ia mungkin bisa merasakan rohnya melayang hingga ke
langit-langit dan membayangkan dirinya sedang melihat kepada anak perempuan
lain yang sedang mengalami pelecehan seksual. Dengan kata lain, identitas baru
yang berbeda telah muncul.
Proses Kedua, sebuah
penghalang memori kemudian dibangun antara anak perempuan itu dengan identitas
baru yang telah diciptakan. Sekarang, sebuah kesadaran baru telah terbentuk.
Pelecehan seksual tersebut tidak pernah terjadi padanya dan ia tidak bisa
mengingat apapun mengenainya. Apabila pelecehan seksual terus berlanjut, maka
proses ini akan terus berulang sehingga ia akan kembali menciptakan banyak
identitas baru untuk mengatasinya. Ketika kebiasaan disosiasi ini telah
mendarah daging, sang anak juga akan menciptakan identitas baru untuk hal-hal
yang tidak berhubungan dengan pengalaman traumatis seperti pergi ke sekolah
atau bermain bersama teman.
Salah satu kasus kepribadian ganda yang ternama, yaitu Sybil, yang memiliki 16 identitas yang berbeda.
Menurut psikolog, jumlah identitas berbeda ini bisa lebih banyak pada beberapa kasus, bahkan hingga mencapai 100. Masing-masing identitas itu memiliki nama, umur, jenis kelamin, ras, gaya, cara berbicara dan karakter yang berbeda.
Setiap karakter ini bisa mengambil alih pikiran sang penderita hanya dalam tempo beberapa detik. Proses pengambilalihan ini disebut switching dan biasanya dipicu oleh kondisi stres.
Salah satu kasus kepribadian ganda yang ternama, yaitu Sybil, yang memiliki 16 identitas yang berbeda.
Menurut psikolog, jumlah identitas berbeda ini bisa lebih banyak pada beberapa kasus, bahkan hingga mencapai 100. Masing-masing identitas itu memiliki nama, umur, jenis kelamin, ras, gaya, cara berbicara dan karakter yang berbeda.
Setiap karakter ini bisa mengambil alih pikiran sang penderita hanya dalam tempo beberapa detik. Proses pengambilalihan ini disebut switching dan biasanya dipicu oleh kondisi stres.
Ciri-ciri pengidap kepribadian ganda
Ketika membaca
paragraf-paragraf di atas, mungkin kalian segera teringat dengan salah seorang
teman sekolah kalian yang suka mengubah-ubah penampilannya. Bagi kalian,
sepertinya ia memiliki identitas yang berbeda.
Atau mungkin kalian teringat dengan salah seorang teman kalian yang biasa tersenyum, namun secara tiba-tiba bisa dikuasai oleh emosi. Ketika amarahnya meledak, kalian bisa melihat wajahnya tiba-tiba berubah menjadi seperti "serigala". Bagi kalian, sepertinya identitas baru yang penuh amarah telah menguasainya.
Atau mungkin kalian teringat dengan salah seorang teman kalian yang biasa tersenyum, namun secara tiba-tiba bisa dikuasai oleh emosi. Ketika amarahnya meledak, kalian bisa melihat wajahnya tiba-tiba berubah menjadi seperti "serigala". Bagi kalian, sepertinya identitas baru yang penuh amarah telah menguasainya.
Apakah mereka pengidap DID?
Bagaimana cara kita mengetahuinya?
Jawabannya adalah pada identitas yang menyertai
perubahan penampilan atau emosi tersebut.
Misalkan teman kalian yang suka mengubah
penampilan atau sering mengalami perubahan emosi tersebut bernama Jono. Jika ia
mengubah penampilan atau mengalami perubahan emosi dan masih menganggap dirinya
sebagai Jono, maka ia bukan penderita DID.
Untuk mengerti lebih
dalam bagaimana cara membedakannya, lihat empat ciri di bawah ini. Jika di
dalam diri seseorang terdapat empat ciri ini, maka bisa dipastikan kalau ia
mengidap DID atau kepribadian ganda.
Ciri-ciri tersebut adalah:
Ciri-ciri tersebut adalah:
·
Harus ada dua atau lebih
identitas atau kesadaran yang berbeda di dalam diri orang tersebut.
·
Kepribadian-kepribadian
ini secara berulang mengambil alih perilaku orang tersebut (Switching).
·
Ada ketidakmampuan untuk
mengingat informasi penting yang berkenaan dengan dirinya yang terlalu luar
biasa untuk dianggap hanya sebagai lupa biasa.
·
Gangguan-gangguan yang
terjadi ini tidak terjadi karena efek psikologis dari substansi seperti alkohol
atau obat-obatan atau karena kondisi medis seperti demam.
Senin, 15 April 2013
Cara Belajar Efektif (untuk) Menghadapi UN
Untuk anak-anakku, yang akan menhadapi UN Senin besok ....
Dalam menghadapi Ujian Nasional seperti yang
akan kita hadapi sekarang ini, kita banyak membutuhkan konsentrasi ekstra dalam
belajar. Pastinya kita nggak mau
gagal dalam ujian nanti. Di bawah ini ada beberapa tips untuk dapat
berkonsentrasi dalam kegiatan belajar. Mudah-mudahan dengan mengikuti tips-tips berikut, belajar kamu
jadi lebih sukses lagi.
Cara belajar efektif 1
Jangan biarkan gangguan datang Biasanya ketika
kita belajar, pasti akan datang yang namanya gangguan. Gangguan ini bentuknya bisa macam-macam. Mulai dari televisi, telepon hingga nyamuk yang
menyerang. Kalau sudah diganggu,
biasanya konsentrasi belajar jadi buyar. Untuk menghindari itu semua, kondísíkạn situasi di sekitar kamu
supaya gangguan-gangguan tadi bisa dihindari. Sebagai contoh, matikan ponsel.
Cara belajar efektif 2
Siapkan catatan kecil Jangan pernah meremehkan
kekuatan dari sebuah catatan. Selalu siapkan beberapa
lembar kertas berukuran kecil. Catat hal-hal yang
penting untuk diingat.
Cara belajar efektif 3
Buat target yang hendak dicapai Belajarlah
dengan target. Catatlah berapa jumlah
halaman yang akan dibaca. Juga putuskan berapa
kamu akan belajar saat itu.
Cara belajar efektif 4
Siapkan penghargaan untuk dirimu setelah serius belajar, kamu
butuh menyenangkan diri sendiri. Tetapkanlah satu imbalan untuk dirimu sendiri. Misalnya,
kalau kamu bisa mencapai target belajar kamu hari itu, kamu akan makan ice
cream rasa coklat di pondok es krim depan sekolahmu.
Cara belajar efektif 5
Belajar nggak akan membuat temanmu hilang Jangan
pernah merasa kamu akan kehilangan teman-temanmu karena kamu serius belajar. Teman-teman kamu nggak bakalan ninggalin kamu. Kalau mereka ninggalin kamu, berarti mereka
bukan teman yang baik.
Mudah-mudahan tips-tips tadi berguna buat kalian
semua dalam menhadapi Ujian Nasional di sekolah masing-masing dan semoga kalian
dapat lulus semua. Amin
Jumat, 12 April 2013
Empat Pilar Pokok Pembentuk Karakter Anak Muslim
Anak merupakan investasi masa depan orangtua, di dunia maupun di akhirat. Karenanya, orangtua perlu berikhtiar untuk mendidik anaknya dengan baik, agar bisa tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter. Bagaimana caranya?
Setidaknya ada empat pilar penting dalam membentuk karakter anak muslim. Pertama adalah pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam seluruh aspek kehidupan. Di rumah, nilai-nilai Islam harus termanifestasi dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Anak harus merasakan itu sebagai pengalaman batin yang akan membentuk karakter dirinya. Suasana rumah menjadi pondamen penting bagi pembentukan karakter anak selanjutnya, baik di sekolah maupun di pergaulan nantinya.
Kedua, perlunya mengembangan multi kecerdasan anak. Adalah salah kaprah membatasi kecerdasan anak hanya pada ranah kognitif saja. Sehingga anak yang tidak mendapatkan prestasi akademik yang baik, dianggap sebagai anak yang bodoh dan tidak bermasa depan. Orangtua perlu menyadari ini, sehingga tidak melulu menuntut anak mengejar prestasi akademik tinggi, sehingga justru melupakan “kecerdasan” anak yang sesungguhnya.
Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak dimensi, karena kecerdasan memiliki makna yang luas. Pakar multiple intellegence Howard Garner menyebutkan 8 bentuk kecerdasan, yakni: kecerdasan linguistik, matematis-logis, visual-spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.
Setiap anak pasti memiliki kecenderungan jenis kecerdasan tertentu. Kecenderungan tersebut harus ditemukan melalui pencarian kecerdasan (discovering ability). Para orangtua atau guru bisa berperan dalam proses pencarian kecerdasan ini, sehingga potensi dan bakat anak dapat dikembangkan secara optimal.
Ketiga, pembentukan kebiasaan atau habit forming. Dalam upaya membentuk anak muslim yang berkarakter,habbit (kebiasaan) menjadi salah satu pilar penting yang tidak boleh diabaikan. Meski harus dimulai dari kesadaran hati, namun untuk menjadi sebuah karakter kepribadian, diperlukan proses pembiasaan dalam jangka panjang, kontinu, dan berkelanjutan.
Pengabaian terhadap habbit forming akan memunculkan kepribadian yang pecah (split personality), di mana seseorang menyadari dan meyakini kebenaran atau kemuliaan suatu ajaran, namun tidak mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, karena tidak terbiasa dan terlatih. Dalam hal ini, anak tidak hanya dididik untuk tahu (kognitif), mampu (bisa/keterampilan), dan mau (kesadaran), namun juga terbentuk (terinternalisasi menjadi bagian dari kepribadian).
Sebagai contoh, shalat tidak hanya diajarkan dari sudut kaifiyat (tata pelaksanaannya)-nya saja, namun harus melalui penyadaran, belajar langsung dari praktik keseharian, pembiasaan, dan keteladanan. Demikian juga pada aspek-aspek yang lain.
Keempat adalah keteladanan (uswatun hasanah). Keteladanan menjadi faktor superpenting dalam membentuk pribadi anak yang berkualitas dan berkarakter. Orang tua harus menjadi contoh nyata (uswatun hasanah) bagi anak-anaknya.
Hal ini terjadi karena secara naluriah dalam diri anak ada potensi untuk meniru hal-hal yang ada di sekitarnya. Pada usia dini, keteladanan orang tua sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak. Segala yang dilakukan oleh orang tua dianggapnya selalu benar dan paling baik. Maka, secara otomatis anak akan mudah menirunya. (*)
Sumber: http://sditizzis.blogspot.com/2013/01/empat-pilar-membentuk-karakter-anak.html
Label:
membangun karakter siswa
Lokasi: Kebumen
Karanganyar City, Karanganyar 54364, Indonesia
Kamis, 04 April 2013
Langganan:
Postingan (Atom)